saltnminerals.com – Di sebuah kota kecil yang terletak di lereng gunung, hujan adalah sesuatu yang selalu dinanti-nanti oleh penduduk setempat. Mereka menganggap hujan sebagai karunia dari langit yang membawa kehidupan bagi tanaman mereka yang subur dan udara yang segar di pegunungan.
Namun, di antara mereka ada seorang wanita muda bernama Maya. Maya adalah seorang seniman yang tinggal di rumah kecil di pinggiran kota. Dia memiliki kecenderungan untuk mengamati alam dan menggambar pemandangan sekitarnya saat hujan turun. Baginya, hujan bukan hanya tentang tetesan air dari langit, tetapi juga tentang kesepian dan kegelisahan yang terpendam di dalam dirinya.
Suatu hari, hujan turun dengan lebatnya. Tanah menjadi basah dan segar, dan sungai kecil di dekat rumah Maya mengalir deras. Dia duduk di teras rumahnya dengan secangkir teh hangat di tangan dan memperhatikan alam yang berubah warna saat hujan menyentuh setiap sudut kota kecil itu.
Di tengah hujan yang gemuruh, Maya melihat sosok laki-laki muda berjalan di jalan setapak yang basah. Dia terlihat kebingungan dan tidak punya payung. Tanpa ragu, Maya mengambil payungnya dan menghampiri pria itu. “Hai, maukah kamu berteduh sebentar di sini?” tawar Maya dengan senyuman.
Pria itu terkejut tapi menerima tawaran Maya dengan senang hati. Mereka duduk bersama di teras rumah Maya, sambil mendengarkan suara hujan yang semakin reda. Mereka berdua mulai berbicara tentang apa saja—tentang seni, tentang hujan, dan tentang kehidupan di kota kecil itu.
Seiring waktu berlalu, Maya dan pria itu—yang ternyata bernama Adi—mulai sering bertemu saat hujan turun. Setiap kali hujan datang, mereka akan berkumpul di teras Maya, mengobrol, tertawa, dan terkadang hanya menikmati keheningan yang diciptakan oleh hujan.
Hubungan mereka tumbuh seperti tanaman yang subur di musim hujan. Maya menemukan inspirasi baru untuk lukisannya dari setiap percakapan dengan Adi. Sedangkan Adi, dia menemukan ketenangan dan kedamaian di pelukan hujan dan kehadiran Maya.
Hingga suatu hari, ketika hujan turun dengan lebatnya lagi, Adi mengajak Maya untuk berjalan-jalan di hutan di sekitar gunung. Mereka berdua menapaki tanah yang basah dan memasuki hutan yang ditumbuhi pohon-pohon raksasa. Di sana, di bawah guyuran hujan, mereka mengaku perasaan satu sama lain.
Hujan telah menjadi saksi dari kisah cinta yang tumbuh di antara Maya dan Adi. Bagi mereka, hujan bukan lagi sekadar fenomena alam, melainkan simbol dari perjumpaan yang mengubah hidup mereka. Dan setiap kali hujan turun, mereka selalu mengingat kembali awal dari cerita cinta mereka yang indah di kota kecil di lereng gunung itu.